Pabelan adalah sebuah nama sungai
zaman purba tua dari hulu Gunung Merapi sampai Hilir danau telaga purba penuh
teratai candi Borobudur karena menurut penelitian, bahwa 22 ribu tahun yang
lalu candi Borobudur radius kurang lebih 200 hekter bawah tanah kedalaman 30
meter adalah lumpur bekas telaga Purba yang sangat indah dan Candi Borobudur
zaman dahulu mengambang bagai bunga teratai di atas telaga tetapi sungai purba
tersebut juga merupakan sebuah nama desa yaitu desa PABELAN dan juga nama
sebuah Pondok Pesantren di Kecamaan Mungkid Kab, Magelang, Jawa Tengah
Sungai Pabelan sendiri penuh cerita
peradaban tinggi bangsa terdahulu karena di kanan kiri bantaran sungai
terdapat situs situs peradaban dari dua agama terdahulu yaitu Hindhu dan Budha
dalam satu garis bantaran sungai Pabelan. Candi Pendem, Candi Lumbung, Candi
Asu terdapat di Bantaran sungai Pabelan sebelah Barat Yang beragama Hindhu
sampai candi Mendut , Candi Pawon , dan -
Candi Borobudur yang Beragama Budha. Bantaran sisi timur Sungai Pabelan Ada Candi Ngawen dan beberapa situs candi yang tidak bernama.Belum lagi arah hulu merapi yang terdapat obyek wisata kedung Kayang yang menceritakan tiga empu yang sakti yang penuh misteri semua menceritakan tentang sungai Pabelan.
Dari kondisi struktur tanah dan geografis desa Pabelan pada jaman dahulu adalah tanah bukit bukan dataran seperti sekarang ini. Puncak bukit yang tidak pernah berubah Bentuk sampai saat sekarang ini tinggal 5 persen dari areal desa Pabelan yaitu terletak berlokasi di barat Pondok Pesantren Pabelan dan areal tersebut kurang lebih 5 hektar tanah berbentuk cadas dengan ciri kalau tanah di pukul terasa keras tidak berongga karena terdiri tanah padas yang keras yang di kelilingi tanah pasir yang menutup desa secara keseluruhan dan posisi tanah tersebut kurang lebih satu kilo meter dari jalan Jogja Semarang. Wilayah desa Pabelan sudah di huni manusia lebih seribu tahun yang lalu tetapi kembali menjadi hutan belukar setelah gunung Merapi meletus dahsyat tahun 1006 M (Van Earp) sementara kurang lebih tahun 1740 M data tahun kehidupan Pangeran Singosari raja Majapahit VII yang makamya di Watu Congol Muntilan itulah awal baru Pabelan di huni manusia generasi ke dua.
Sementara sungai purba sudah terdapat adanya pada usia 22 ribu tahun yang lalu penelitian (Van earp Belanda) dan nama desa Pabelan sendiri sudah terdapat pada peta yang di buat Belanda tahun 1840 yang lalu. Tidak di mengerti siapa sebenarnya yang memberi nama Pabelan.NamaPABELAN sendiri berasal dari kata PAPAN PAMBELA'AN (Bpk KH. Najib Hamam) yang berarti markas atau camp berjuang untuk bangsa dan Negara yang mana jaman dahulu di bantaran sungai Purba sebelum nama Pabelan terlahir, arah utara desa menjadi bukti sejarah perjuangan perang melawan penjajahan Belanda, di batas desa terdapatnya rel kereta api dan stasiun Muntilan yang menjadi jalur pokok transportasi ke Ibukota pemerintahan Jogjakarta sebelum pindah ke Batavia Jayakarta jadi tempat menghadang musuh yaitu Belanda tepatnya di bantaran sungai Pabelan. Sering terjadi penghadangan dan penyergapan oleh para pejuang bangsa terhadap tentara Belanda. Tidak sedikit korban yang berjatuhan di kedua belah fihak selanjutnya untuk mengenang perjuangan rakyat dan masyarakat saat itu oleh pemerintahan Orde Baru di bangun sebuah Monumen Bambu Runcing di seberang sungai bersebelahan batas kelurahan desa Pabelan sebagai simbul alat senjata perang dan sebagai senjata perlawanan masyarakat saat itu.
Sementara itu kampung Pabelan adalah
selalu dan Strategis sebagai markas perang karena terhalang rimbunan pepohonan
yang lebat untuk bersembunyi yang sekarang pohon lebat itu menjadi kampung yang
bernama kampung KALANGAN dengan arti menghalangi pandangan musuh dan areal
interogasi dan exsekusi musuh menjadi kampung JAGALAN, dari kata JAGAL. Sisi
barat bukit yang dalam bernama nglegok juga di percaya pernah menjadi
persembunyian Pahlawan Nasional yaitu Mbah Kiay Mojo dan di yakini mempunyai
istri dari Pabelan beliau Pahlawan dan juga sahabat perjuangan Pangeran
Diponegoro dalam melawan Kompeni dan beliau meninggalkan petilasan sumur Kiay
Mojo dan Watu Bentet (Batu belah)dan beberapa makam misteri tepatnya Nglegok
kebon Mojo desa Pabelan IV tetapi petilasan tersebut kini tak terawat sehingga
berisi daun daunan yang menutupi. Penemuan tidak sedikit pendaman balok kayu
bekas bangunan purba, umpak pondasi rumah, pendaman pohon kelapa posisi berdiri
dengan pelepah utuh membatu di dalam tanah kedalaman 15 meter mendasari
kesimpulan bahwa sebagian desa terpendam sampai ketinggian 100 meter tanah
pasir menutup peradapan lama desa Pabelan sementara pertempuran yang sengit
juga banyak meninggalkan luka Budeg(tuli)dan cidera fisik pada para pejuang
jaman dahulu karena kerasnya bom Belanda di areal pertempuran yaitu di bantaran
sungai purba 1 kilo meter arah utara Pabelan serta keberadaan jembatan di batas
desa Pabelan dan jembatan kereta api Belanda yang selalu hilir mudik membawa
barang serta sebagai tempat tangki tangki minyak jarak yang berjejer menjadi
sejarah nama kampong TANGKILAN artinya gudang minyak.Sedang di sebelah utara kampung tangkilan terdapat lokasi parkir kereta barang milik belannda, tempat ini dulunya adalah jalan utama keretaapi dari magelang ke jogjakarta melewati dsn nglawisan, tetapi karena terjangan lahar dingin akhirnya jalan kereta api rusak berat dan dipindahkan ke jembatan baru melalui kampung sidoarjo (prumpung). Pada saat beristirahat banyak serdadu belanda yang berjalan2 di kampung2 terdekat salah satunya adalah kampong BLANGKONAN, disebut blangkonan karena Kampong tersebut subur dan sering diadakan pementasa kesenian jawa tempo dulu berupa tari-tarian, wayang orang dan ketoprak.yang selalu mengenakan bangkon.
Kalau di hubungkan
tenggelamnya kampung Pabelan oleh lahar dingin merapi pada sejarah Candi
Borobudur itu, terjadi pada tahun 1006 M karena dalam penelitian oleh Van Earp
Belanda yang menutup telaga Borobudur adalah letusan gunung Merapi pada tahun
tersebut sehingga menutup Candi Borobudur menjadi gundukan tanah memendam candi
dan lama kelamaan menjadi hutan lebat(Redi Borobudur) selama hampir 400 tahun,
sebelum di ketemukan kembali oleh Jendral Gubernur Raffles tahun 1814 M. Perlu
di ketahui bahwa candi Borobudur dahulu di bangun di atas danau telaga yang
sangat indah,di perkirakan manusia yang akan menaiki candi Borobudur harus
menggunakan rakit menyebrang telaga tersebut.Dan danau telaga tersebut dahulu
adalah muara dari sungai Pabelan dari gunung Merapi sungai Elo dari gunung
Merbabu dan sungai Progo dari gunung Sumbing serta sungai Sileng dari
pegunungan Menoreh, Tenggelamnya candi Borobudur juga berbarengan dengan
tenggelamnya desa pra Pabelan karena sungai Pabelan menjadi satu satunya jalan
Tol lahar merapi karena kampung Pabelan sendiri berada di bantaran sungai dari
gunung Merapi, luapan lahar yang banyak dari gunung Merapi penutup telaga taman
teratai suci candi Borobudur yang indah, ledakan gunung merapi yang sangat
besar itu juga menggeser pemerintahan besar Putri Dewi Pramodya Wardani yaitu
Ratu Mataram kuno yang membangun candi Borobudur pindah ke Jawa Timur
meninggalkan peradaban maju Budha dan meninggalkan tempat ibadah candi
Borobudur yang di bangun tiga generasi pemerintahan. Sementara cikal bakal
manusia yang pertama tinggal di kampung Pabelan dalam buku Babat Tanah Jawa
adalah 3 bersaudara yang masih muda putra Adipati Tulung agung trah Singosari,
yaitu Kertotaruno, Mohammad Ali, Sedolaut yaitu tiga bersaudara mereka adalah
Putra dari Pangeran Singosari atau Raja Brawijaya VII beliau yang makamnya di
makam Raja Gunung Pring Watucongol Muntilan Magelang sekitar 5 kilo meter dari
desa Pabelan dan masih kerabat Majapahit. Mereka bertiga adalah putra Raja
Majapahit XIV yaitu Pangeran Singosari atau Raden Santri, kurang lebih tahun
1670M yang lalu. Silsilah cikal bakal masyarakat desa Pabelan: KIAY KERTOTARUNO
PIHAK LAKI LAKI PANGERAN SINGOSARI (KIAY RADEN SANTRI)KIAY KERTOTARUNO = KIAY
MUHAMMAD ALI = KYAI SEDO LAUT ABDULGHONI KYAI DEMANG KYAI ZAENAL KYAI
TOLABUDDIN PIHAK PEREMPUAN KYAI JASMANI ALI KYAI BASYAR IMAM KYAI MUHAMMAD KYAI
SURATMAN KYAI NIDHO MUHAMMAD KYAI TASLIM KYAI ABDULMAJID HAJI IMAM.... Sejarah
awal babat desa Pabelan adalah ketika Pangeran Kertotaruno muda bermaksud
mencari lahan untuk tinggal menetap sebagai pengembara kepada guru dan
ayahandanya yaitu Pangeran Singosari ataupun Raden Santri dan di suruhnya untuk
mencari tanah wangi untuk pertanda tempat yang cocok untuk tinggal, yang unik
pencariannya lewat tepi sungai bukan jalan yang biasa di lalui manusia, cukup
lama perjalanan untuk mencari tanah wangi tersebut hari hari disusurinya sungai
Progo dan lembah sungai Elo terus sepanjang sungai Pabelan tetapi di topang
lewat mata batin Kertotaruno yang tajam maka di ketemukan sebuah bangunan gubuk
tak berpenghuni dengan areal sekarang ini adalah dusun Pabelan 3 dan tanah di
tempat tersebut ternyata berbau wangi akhirnya gubuk tersebut di bangun Masjid
yang terkenal di di Pabelan sebagaiMESJED KULON seterusnya beliau menetap dan
tinggal sampai akhir hayat dan beliau di makamkan di tanah wangi tersebuat,
Selama tinggal di kampung yang akhirnya bernama Pabelan tersebut beliau juga
tinggal hidup bersama adik beliau Mohammad Ali (makamnya di Pondok Pesantren
Pabelan) dan tetapi Sedo Laut yang terahir ini tidak ada kejelasan yang pasti
siapa nama yang sesungguhnya ada yang nengatakan beliau bernama ki Demang Sedo
laut artinya (meninggal di laut) dan Mohammad Ali tiga Pangeran bersaudara
tersebut adalah juga dari trah auliya atau Wali keturunanya menyebutnya Mbah
Kiay dan mereka adalah sebagai cikal bakal sejarah Pondok Pesantren Pabelan dan
masyarakat Pabelan sebelum nama desa Pabelan lahir seterusnya sampai beberapa
generasi Kyai Mohammad Ali Trah Menurunkan Kiay Anwar, Kiay Hamam Ja’far dan Kiay
Ahmad Mustofa Dan Kyai Kerto Taruno menurunkan Trah Kyai Muhammad Balya serta
Prorfesor Komarudin Hidayat Dll.Kyai Sedolaut tidak ada kabar dan beritanya
setelah beliau pergi menunaikan Ibadah Haji, di perkirakan beliau tinggal di
jazirah Arab tetapi sampai saat ini sejarah yang di percaya secara turun
temurun mengatakan beliau meninggal di laut ketika berangkat melakukan Ibadah
Haji,beliaulah yang menurunkan cikal bakal Masyarakat Pabelan dan juga di
sertai kehadiran Mbah kiay Zakaria yang masih kerabat Trah Sunan Giri yang
makamnya terdapat di Pabelan IV menurunkan keturunanya sampai saat ini dan Trah
keturunan Kyai Mentosari yang makamnya berada di Pabelan satu yang menurunkan
keturunannya Desa Pabelan yang terkenal sebagai desa Santri juga sarat perjuangan
para Wali Waliyulloh dalam menyiarkan agama Islam mengingat makam Raja Nggunung
Pring Watu Congol saat itu terbangun juga sebagai posko jihad Spiritual lintas
agama mensyiarkan Islam jaman dahulu mengingat Candi Borobudur yang menjadi
pusat agama Budha dan dibangunya Misionari Katholik Vanlith utusan Roma yang
berlokasi di Muntilan atau sekitar 4 kilo meter dari posco Islam Gunung Pring
Muntilan adalah katolik misionary tertua di Indonesia bahkan di Asia Tenggara,
Sejarah desa Pabelan adalah sejarah perjuangan Negara dan Syiar Agama oleh
generasi yang lalu ada dua kali periode kehidupan di Pabelan sebelum
tenggelamnya desa Pabelan oleh lahar dingin dari dari ledakan dahsyat gunung
Merapi yang pertama tahun 1006M nengeringkan dan memendam candi Borobudur dan
terjadi banjir lahar kembali yang ke 2 di perkirakan tahun 1890 M juga memendam
kampong Pabelan memendam petilasan mata air desa Ngrajeg yang berlokasi di
batas desa kelurahan Pabelan yang sejarahnya menjadi pemandian nenek moyang
para umat Budha dan Raja jaman dahulu yang akan beribadah di candi menjadi rata
dengan tanah. Lokasi desa Pabelan di perkirakan adalah Gapura masuk bangsa dan
pemerintahan jaman dahulu yang akan beribadah di Candi Borobudur di dasari
penemuan lantai batu purba membuktikan bahwa mata air Ngrajeg yang berlokasi
selatan desa Pabelan adalah tempat bersuci umat Budha mengikuti garis lurus
kearah candi Mendut candi Pawon dan Borobudur jaman dahulu berupa batu andesit
rata paving nenek moyang yang akan beribadah.Kondisi tanah di desa Pabelan
sekarang ini 90%adalah pasir vulkanog dari gunung Merapi sebelum terbenamnya
desa pra Pabelan dahulu Pabelan terbagi menjadi dua yaitu Pabelan nggunung dan
Pabelan Ngisor sebelah barat nggunung terdapat jurang yang terjal tanah yang
legok atau dalam di sebut NGLEGOK dan di sebelah timur NGISOR menjadi daerah
pertanian yang subur dengan deretan pohon pinang yang berjejer indah yang dalam
bahasa jawa pohong jambe yang sampai akhirnya di huni manusia menjadi kampung
JAMBEAN sementara peninggalan sejarah dari Mbah Kyai Kertotarunao adalah MASJID
KULON yang tekenal dengan nama masjid Kiay Kertotaruno dan peninggalan Mbah
Kiay Mohammad Ali yaitu bangunan MASJID WETAN yang menjadi masjid Pondok
Pesantren Pabelan yang tradisi pesantrennya melanjutkan pesantren yang di
dirikan Mbah Kiay Mohammad Ali dan oleh Almarhum Almukarrom Bapak Kiay Hamam
Ja’far dan di lanjutkan Oleh Bpk KH. Najib Hamam yang maju dan terkenal se Asia
Tenggara di percaya karena masih ada Trah Raja Majapahit setiap generasi
melahirkan orang yang berkiprah pusat pemerintahan Negara…. sejarah di ambil
dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar